Hentikan kesedihanmu, para penggemar MU. Menangislah jika perlu, tetapi jangan terlalu lama. Jangan larut dalam kesedihan. Kekalahan memalukan dari Liverpool hanya satu pertandingan. Itu hanya bernilai tiga poin, tidak lebih. Masih banyak pertandingan yang harus dilalui dengan tekad yang kuat. Tentu saja, demi mewujudkan impian meraih banyak trofi.
Sekarang, akan lebih baik jika kita merencanakan strategi untuk bangkit dari kekalahan tragis 7-0 tersebut. Bagi Red Devils, sejarah membuktikan bahwa mereka sangat kuat dalam mengatasi masalah kebangkitan mental. Hal ini terbukti dari beberapa kekalahan besar yang mereka alami sebelumnya, di mana mereka selalu berhasil bangkit dari kekalahan tersebut.
Setelah Dihancurkan Liverpool 1-4 (2009)
Pada tahun 2009, Manchester United pernah dihancurkan oleh Liverpool di Old Trafford dengan skor 1-4. Pada saat itu, MU masih berada di puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson. The Reds datang ke Old Trafford untuk menghadapi juara bertahan Liga Inggris pada saat itu. Namun, dengan kejutan yang tidak terduga, Liverpool tampil dengan sangat mengesankan.
Namun, setelah kekalahan memalukan tersebut, Manchester United justru bangkit. Fergie selalu mengatakan kepada para pemainnya bahwa "kita harus bereaksi cepat untuk bangkit, dan itu harus selalu ada dalam diri kita". Hal ini diungkapkan oleh Fergie setelah kekalahan tersebut.
Hasilnya terbukti, MU bangkit pada pertandingan Liga Inggris berikutnya dan bahkan hingga akhir musim. Mereka mencatatkan 8 kemenangan, 1 hasil imbang, dan 1 kekalahan. Berkat itu, mereka akhirnya berhasil menjadi juara Liga Inggris lagi.
Setelah Dihajar City 1-6 (2011)
Pembantaian selanjutnya terjadi pada tahun 2011, masih di Old Trafford yang sama. Siapa yang tidak ingat dengan Balotelli yang mengenakan kaos bertuliskan "Why Always Me?" Ya, itu adalah momen menyedihkan bagi Manchester United ketika mereka dilecehkan oleh tetangga mereka yang bising, Manchester City, dengan skor 1-6.
Pembantaian tersebut terjadi saat Sir Alex Ferguson masih menjabat sebagai pelatih. Kekalahan tragis Manchester United pada waktu itu diakui oleh Fergie sebagai kekalahan memalukan dalam sejarah kepelatihannya.
Meskipun mereka kalah dengan skor yang telak, Fergie tetap yakin bahwa anak asuhnya akan bangkit dan berusaha mendekati City yang saat itu berada di puncak klasemen. "Kami pasti akan bangkit. Kami akan kembali ke jalur juara," ujar Fergie setelah pertandingan tersebut.
Dan hasilnya terbukti, setelah pembantaian itu, mereka tidak terkalahkan dalam 9 pertandingan di Liga Inggris. Namun, hasil tersebut tidak cukup untuk membawa Manchester United mempertahankan gelar Liga Inggris. Pada pekan terakhir, gelar tersebut direbut oleh tetangga yang kurang sopan yang sebelumnya telah membantainya.
Setelah dibantai Liverpool dan City dengan skor 0-3 pada tahun 2014, hal yang sama terjadi saat David Moyes menjabat sebagai pelatih.
Manchester United mengalami dua kali pembantaian oleh Manchester City dan Liverpool. Bahkan, kedua kejadian itu terjadi pada bulan yang sama, yaitu Maret 2014. Saat itu, Old Trafford menjadi "lapangan latihan" bagi kedua tim tersebut. Liverpool dan City sama-sama menghancurkan Manchester United dengan skor 0-3.
Namun, dua kekalahan tersebut yang merusak harga diri Old Trafford, berhasil dibalas di pertandingan berikutnya. Sebagai contoh, setelah dibantai oleh Liverpool, pasukan Moyes bangkit dan berhasil menang atas West Ham dengan skor 2-0.
Hal serupa terjadi setelah kekalahan dari City. Manchester United bangkit dan menunjukkan performa yang mengesankan dengan menang telak atas dua lawan berikutnya, yaitu Aston Villa dengan skor 4-1 dan Newcastle dengan skor 4-0.
Meskipun demikian, upaya MU untuk bangkit dari pembantaian tersebut tidak berlangsung lama. Selama musim itu, mereka naik turun seperti roller coaster. Meskipun mereka kadang-kadang berhasil bangkit, tetapi sering kali kembali merosot. Akhirnya, MU hanya mampu finis di peringkat ke-7 klasemen, dan sebagai puncaknya, Moyes pun harus dipecat.
Terjadi pembantaian di Old Trafford saat Ole Gunnar Solskjaer menjabat sebagai pelatih Manchester United. Pada waktu itu, mereka dikalahkan dengan skor mencolok 1-6 oleh Tottenham Hotspurs yang dilatih oleh mantan pelatih MU, Jose Mourinho.
Laga tersebut diwarnai kesalahan dan pemain MU yang dikeluarkan dengan kartu merah. Akhirnya, Spurs memanfaatkannya dan mengalahkan Old Trafford. Pelatih Ole Gunnar Solskjaer mencoba untuk membangkitkan semangat para pemainnya dengan mengingat kembali kekalahan yang pernah dialami oleh MU pada masa Sir Alex Ferguson.
"Saya mengakui ini hal terburuk dalam karir saya, namun ini bukan hari yang terburuk. Kita belajar dari hal terdahulu, bahwa kita mampu cepat bangkit", ucap Ole setelah laga. Motivasi Ole akhirnya terbukti berhasil. Setelah kekalahan pada Oktober 2020, MU hanya mengalami kekalahan sebanyak 4 kali sampai akhir musim. MU bahkan berhasil membalas dendam dengan mengalahkan Newcastle 4-1 pada laga berikutnya. Kemenangan ini membawa Setan Merah berhasil menjadi runner-up Liga Inggris.
Pada musim 2021/22, Manchester United juga mengalami pembantaian oleh Liverpool dan City. Liverpool berhasil mengalahkan MU dengan skor telak 0-5 pada Oktober 2021, yang merupakan kekalahan terbesar yang pernah diderita MU dari Liverpool. Namun, Ole kembali berhasil membangkitkan semangat anak-anak asuhnya meskipun para suporter MU pulang duluan sebelum pertandingan berakhir.
Meski MU kembali bangkit dengan kemenangan atas Tottenham dengan skor 0-3, kebangkitan mereka tidak berlangsung lama karena kembali terbantai oleh City dengan skor 4-1 pada Maret 2022. Namun, seperti sebelumnya, Ole berhasil membawa MU bangkit dan memenangkan laga berikutnya dengan skor 3-2 saat bertemu kembali dengan Tottenham.
Setelah mengalami kekalahan memalukan dengan skor 4-0 dari Brentford di awal musim, Manchester United dibuat terkejut. Hal ini sangat memalukan bagi pelatih baru mereka, Erik ten Hag, yang diharapkan dapat menjadi penyelamat klub.
Oleh karena itu, Ten Hag melakukan evaluasi tim dan memberikan hukuman keras. Ia marah pada tim yang terlihat lemah dan hanya berhasil berlari sejauh 95,6 km selama pertandingan.
Ten Hag kemudian memutuskan untuk menghukum seluruh pemain dengan membuat mereka berlari sejauh 13,8 km dalam sesi latihan pada hari libur pertama setelah kekalahan itu. Hukuman itu ternyata efektif, karena setelah itu, Manchester United bangkit dan meraih empat kemenangan beruntun di Liga Inggris.
Setelah MU kembali terbantai oleh City dengan skor 6-3 di Etihad, Ten Hag kembali merasakan malu. Namun ia menyadari bahwa anak-anak asuhnya kurang percaya diri dalam bermain. Menurut Ten Hag, mereka tampaknya sudah minder sebelum pertandingan dimulai, meskipun akhirnya mereka berjuang keras selama 90 menit. Bagi Ten Hag, ini adalah pelajaran yang berharga. Ia bahkan berterima kasih pada City dan Pep karena mengingatkan MU bahwa mereka masih jauh dari level City. Oleh karena itu, gaya pelatihan keras dan disiplin yang diadopsi oleh Ten Hag diperlukan sekarang.
Setelah kekalahan itu, MU mampu bangkit kembali dan bahkan tidak pernah kalah dalam lima pertandingan berikutnya. Namun, akhirnya mereka harus menelan pil pahit lagi dengan pembantaian 7-0 di Anfield pada Maret 2023. Melihat sejarah kebangkitan MU setelah kekalahan, pertanyaannya sekarang adalah apakah mereka akan bangkit lagi?
Post a Comment